Pengembangan SDM secara makro adalah penting untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan secara efektif. Pengembangan SDM yang terarah dan terencana disertai pengelolaan yang baik akar. dapat menghemat dana, atau setidak-tidaknya pengolahan dan pemakaian dana dapat lebih efisien dan efektif. Demikian pula pengembangan SDM di suatu Ponpes sangat penting untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Dapat dikatakan, pengembangan SDM merupakan bentuk investasi. Dengan demikian proses SDM merupakan sesuatu yang tidak boleh tidak harus ada dan terjadi di Ponpes. Namun demikian dalam pelaksanaan pe ngembangan SDM ini, perlu mempertimbangkan faktor-faktor, baik dalam diri Ponpes (internal) maupun dari luar (eksternal).
- ·Faktor internal mencakup keseluruhan kehidupan Ponpes yang dapat dikendalikan oleh pimpinan. Secara rinci faktor-faktor internal meliputi:
Pertama, visi, misi, dan tujuan Ponpes. Untuk memenuhi visi, misi dan tujuan diperlukan perencanaan yang baik, serta implementasi pelaksanaan yang tepat. Pelaksanaan kegiatan atau program Ponpes dalam upaya memenuhi visi, misi, dan tujuan organisasi diperlukan kemampuan SDM, yang hanya bisa dicapai dengan pengembangan SDM di Ponpes bersangkutan.
Kedua, visi, misi, dan tujuan Ponpes satu dengan lainnya mungkin memiliki kesamaan, namun strategi untuk mencapai visi, misi, dan tujuan tidak sama. Setiap Ponpes memiliki strategi tertentu. Untuk itu diperlukan kemampuan Ponpes bersangkutan untuk mengantisipasi keadaan luar yang dapat membawa dampak bagi Ponpes tersebut.
- ·Faktor eksternal yang merupakan lingkungan di mana Ponpes itu berada harus benar-benar diperhitungkan. Faktor-faktor eksternal Ponpes antara lain meliputi:
Pertama, kebijaksanaan pemerintah, baik yang dikeluarkan melalui perundang-undangan, peraturan pemerintah, surat keputusan menteri atau pejabat pemerintah dan sebagainya. Kebijaksanaan-kebijaksanaan merupakan arahan yang harus diperhitungkan yang sudah tentu akan mempengaruhi program pengembangan SDM dalam Ponpes bersangkutan.
Kedua, faktor sosio-kultural di masyarakat yang berbeda tidak boleh diabaikan oleh Ponpes, karena Ponpes itu sendiri didirikan pada hakikatnya adalah untuk kepentingan masyarakat, sehingga dalam me- ngembangkan SDM Ponpes perlu mempertimbang- kan faktor tersebut.
Ketiga, perkembangan iptek di luar Ponpes yang sudah sedemikian pesat, harus bisa diikuti Ponpes. Karena itu Ponpes harus mampu memilih iptek yang tepat untuk Ponpesnya. Demikian juga kemampuan kader kader Ponpes harus diadaptasikan dengan kondisi tersebut
· Peran Pengasuh di Pondok pesantren
Kerjasama menjadi kata kunci administrasi, dan secara riil hal ini menunjukkan keterbatasan sang manusia. Manusia menjadi makhluk yang selalu ingin kerjasama, dan ini disebut homo administration (Ulbert S., 1999).
Dengan demikian, memang telah menjadi kodrat manusia semenjak dilahirkan hingga meninggal memiliki keinginan untuk:
Menjadi satu dengan manusia lain di sekeliling- nya, yaitu antara lain dengan membentuk atau memasuki kelompok, misalnya organisasi agama, sosial, olahraga, dan sebagainya.
Menjadi satu dengan lingkungan sekitarnya, misalnya keadaan alam, sistem nilai budaya, sistem politik, sistem ekonomi, dan sistem ideologi.
Seseorang atau sekelompok orang membentuk atau memasuki suatu kelompok kerjasama tidak lain karena suatu tujuan atau paling tidak dengan membentuk atau kerjasama, maka tujuan yang ingin dicapai seperti pemenuhan kebutuhannya (baik kebutuhan jasmani maupun rohani, material atau spin- tual, fisiologis, dan psikologis) akan terwujud dalam suatu tingkat kepuasan tertentu.
Di samping itu, karena faktor keterbatasan yang ada mengharuskan manusia melakukan kerjasama Oleh sebab itu, ada kecenderungan bahwa setiap orang berpengaruh, dipengaruhi, bahkan juga mempengaruhi kelompok-kelompok kerjasama. Disinilah seharusnya para pengasuh/pimpinan pesantren melalui pengaruhnya yang cukup besar di lingkungan intern maupun ekstern mengelola kerjasama dalam rangka pengembangan SDM, sebab mereka menempati kedudukan penting dalam kehidupan pesantren.
Yang perlu segera dicermati bahwa munculnya kelompok kerjasama atau organisasi, adalah karena setiap orang yang jadi anggotanya merasa tingkat produktivitas, kepuasan kerja, dan kemajuan lebih tinggi, bahkan kebutuhannya relatif terpenuhi jika melakukan kerjasama dibandingkan dengan berusaha sendiri.
Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama. Pada saat yang bersamaan pula, ia mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri yang digunakan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, maupun menyerahkan atau mengurang. sebagian “kebesaran- nya” atau kepentingannya untuk mendapat imbalan hasil melalui kerjasama.
Ada beberapa alasan mengapa kerjasama formal maupun informal terbentuk, yang menurut Gibson dkk. (1983) adalah: pemuasan kebutuhan, kedekatan dan daya tarik, tujuan kelompok, dan sejumlah.n alasan ekonomi
Selanjutnya, Gibson mengemukakan bahwa pengembangan kelompok melalui empat tahapan yaitu: saling menerima, berkomunikasi dan mengambil keputusan, motivasi dan produktivitas, serta pengendalian dan organisasi.