Khutbah Idul Adha: Ibadah Qurban dan kesalehan Individual
Khutbah I
لسلام عليكم ورحمة الله وبركاتهi
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر كبيرا، والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا، لا إله إلا الله وحده، صدق وعده، ونصر عبده، وأعز جنده، وهزم الأحزاب وحده. لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهد الله فلا مضل له، ومن يضله فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله اللهم صل وسلم على محمد سيد المرسلين
وعلى آله وصحبه أجمعين.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
الله أكبر (×3) لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
Hari ini takbir dan tahmid digemakan umat Islam di hampir seluruh permukaan bumi. Puja dan puji kehadirat Ilahi Rabbi menggetarkan tali temali rasa, tidak saja bagi yang sedang melaksanakan ibadah haji di tanah suci, namun juga bagi kita yang ada di sini. Walau terpisah jauh dengan mereka, namun hati kita menyertai jutaan mereka yang saat ini sedang berjejal rial dalam cuaca yang sejuk dingin, berada di Mina untuk melempar jumrah atau sedang thawaf di Masjidil Haram. Do’a kita mengiringi mereka yang sedang menyelesaikan tahap terakhir dari rangkaian ibadah hajinya: Semoga Allah SWT menganugerahkan kelancaran dan kemudahan kepada mereka yang sedang memenuhi panggilan mulia, kemudian dapat kembali ke tempat tinggal asal dengan selamat sebagai haji yang mabrur.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat kepada diri kami pribadi, dan umumnya kepada jama’ah kesemuanya untuk senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah ta’ala, yakni dengan cara senantiasa menjalankan perintahNya, serta menjauhi larangan-Nya.
الله أكبر (×3) لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, masyarakat Muslim merayakan Hari Besar Idul Adha. Selain menunaikan ibadah kurban, masyarakat juga menyelenggarakan rangkaian ibadah lainnya. Mulai dari puasa sunah, shalat id, hingga melantunkan bacaan takbir, tasbih, dan tahmid untuk mengagungkan kebesaran Allah ta’ala. Ritual tahunan ini tidak hanya sarat makna bagi peningkatan kualitas kesalehan individual, akan tetapi juga bagi pengokohan kesalehan sosial.
Hal ini ditandai dengan pembagian daging kurban kepada warga sekitar, terlebih bagi masyarakat yang kurang mampu. Tidak sedikit, binatang kurban juga dikirim ke luar daerah atau yang tertimpa bencana, Selain sebagai bentuk ibadah, pengiriman binatang kurban tersebut juga untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang hingga sekarang masih berduka menghadapi peperangan atau musibah lainnya. Dari rangkaian ibadah di bulan Dzulhijjah ini, kita berharap, masyarakat Muslim dapat menguatkan kesalehan individual sekaligus kesalehan sosialnya.
Lebih dari itu, pembelajaran dari ritual tahunan tersebut kita harapkan juga dapat meningkatkan solidaritas antar sesama anak bangsa. Sudah barang tentu, bentuk dan wujudnya bisa beragam sesuai dengan kebutuhan yang ada. Sebagai misal, dalam beberapa dekade terakhir, kita banyak menemukan organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan. Mereka fokus membantu sesama, entah di bidang pendidikan, ekonomi, maupun kesehatan. Tujuannya jelas, agar orang lain dapat terbantu dari kesulitan yang sedang mereka hadapi. Jenis bantuannya pun beragam. Bisa lewat uang, petisi, maupun tenaga.
Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Meskipun ibadah kurban dalam ajaran agama hanya diperintahkan setahun sekali, namun spirit pengorbanan di dalamnya perlu senantiasa dihidupkan. Salah satunya ialah lewat gerakan-gerakan yang diinisiasi oleh lembaga-lembaga sosial di atas. Hal ini membuktikan bahwa kebaikan bisa diberikan dengan berbagai cara, termasuk dengan mengulurkan tangan bagi yang membutuhkan. Saling bekerja sama dalam kebaikan, tenggang rasa, serta mengalahkan egoisme pribadi. Kesemuanya ini merupakan bentuk lain dari pengorbanan. Sederhana tapi bermanfaat.
Pada awalnya, ibadah qurban diperintahkan kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail. Perintah ini merupakan ujian bagi keimanan dan ketaatan. Syaikh Abdullah al-Harari (1906-2008) dalam kitab Tafsir Hadaiq al-Ruh wa al-Raihan menjelaskan bahwa perintah ini merupakan puncak ujian yang berat, baik bagi Nabi Ibrahim ataupun Ismail yang pada waktu itu berusia 13 tahun. Tidak hanya pedih bagi seorang ayah, akan tetapi juga perih bagi seorang anak. Hanya saja, berbekal ketaatan kepada Allah ta’ala, kedua hamba mulia tersebut ikhlas menerima perintah tersebut.
M. Quraish Shihab berkata :
“Hakikat berkurban adalah ‘menyembelih’ sifat binatang pada diri manusia. Rakus dan tamak merupakan sifat binatang”
Sebagaimana diabadikan kisahnya dalam al-Qur’an, ketika Nabi Ibrahim as mulai membaringkan Ismail untuk dikurbankan, maka Allah swt menggantikan sembelihan tersebut dengan seekor domba. Kepasrahan dan ketaatan Nabi Ibrahim as kepada perintah telah terbukti, meskipun harus mengorbankan sesuatu paling berharga yang dimilikinya.
Penggalan kisah ini sebagaimana dalam firman Allah ta’ala dalam surat al-Shaffat ayat 106-108:
إنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيم (107
وتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ (108
Kisah ini menjadi suri tauladan yang baik bagi umat manusia bahwa ketaatan kepada Allah ta’ala tidak dapat diduakan. Kita harus berani dan rela menunaikan perintah agama, meskipun harus dengan sesuatu yang berharga dan kita cintai. Sebagai misal, kita harus rela mengeluarkan sebagian rezeki kita untuk dizakatkan atau diinfakkan. Selain menjadi bukti kesalehan individual, menginfakkan harta benda yang kita miliki juga merupakan bentuk nyata kesalehan sosial.
Secara lebih luas lagi, hal ini dapat kita maknai bahwa berusaha mengendalikan ego, mengutamakan kepentingan masyarakat yang lebih luas, tidak tamak dan rakus meru merupakan bentuk lain dari ibadah. Di mana kita mampu mengendalikan hawa nafsu, serta mampu menyembelih sifat-sifat buruk yang kita miliki. Dalam kehidupan sehari-hari, hikmah dari ibadah kurban di atas semestinya tercermin dalam sikap kita. Bentuk nyatanya adalah sikap rela berkorban, simpati dengan penderitaan orang lain, dan tenggang rasa antar sesama. Selain itu juga saling hormat-menghormati meskipun memil perbedaan suku, , ras, agama, dan antar golongan (SARA).
الله أكبر (×3) لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُا
Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah
Selain sebagai bentuk ketaatan, ibadah kurban juga menjadi momen penting untuk meneguhkan kembali rasa empati. Di mana kita rela menyisihkan harta yang kita miliki untuk berbagi. Harapannya, ritual tahunan kurban juga membekas dalam kehidupan sehari-hari di selain bulan Dzulhijjah. Di sebelas bulan yang lain, semangat berbagi dari ibadah berkurban harus senantiasa kita jalankan.
Nurcholish Madjid (1939-2005)
“Keterbukaan, saling menghargai, dan toleransi adalah ciri orang-orang Muslim, sejak zaman klasik sampai sekarang”
Jika kita sadari, perintah untuk saling berbagi dan membantu tidak lain adalah cara nyata manusia untuk mendapatkan kebahagiaan hakiki. Sebagai makhluk sosial, tidak dapat dimungkiri bahwa dalam hidup, manusia pasti membutuhkan pertolongan orang lain. Oleh karenanya, tidak sepantasnya jika memelihara sikap individualistik. Merasa paling benar ataupun paling berkuasa, serta merasa bisa mengerjakan semuanya sendirian. Oleh karena itu, penting kiranya selalu kita tumbuh kembangkan sikap saling menyayangi dan menghormati antar sesama.
Dalam salah satu riwayat hadis disebutkan:
عَنْ عَبْدِ الله بن عمرو بن العاص رضى الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال
الرَّاحِمُونَ يرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يرحمكم من في السماء.( رواه البيهق)
Artinya: Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Allah yang Maha Penyayang. Maka sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya makhluk yang ada di langit akan menyayangimu.” (H.R. al-Baihaqi)
Kita akan sangat senang jika ada orang lain membantu di saat kita sedang kesulitan. Begitu juga sebaliknya. Orang lain yang kita bantu akan merasa sangat berterima kasih di saat kita memiliki rasa perhatian kepada mereka. Inilah salah satu dasar penting untuk mewujudkan kebaikan kepada sesama.
Sebagai masyarakat yang dikenal sebagai bangsa yang religius, sudah seharusnya semangat ibadah kurban ini kita pahami. Hidup di tengah masyarakat yang terdiri dari beragam suku, ras, agama dan kepercayaan, semangat rela berkorban dan tenggang rasa perlu kita tumbuh kembangkan. Dengan upaya ini, kita berharap agama dapat menopang dan mengokohkan keragaman Indonesia. Ritual ibadah akan mendorong terbentuknya individu-individu yang memiliki kualitas kesalehan tidak hanya dalam level individu semata, akan tetapi juga dalam kehidupan sosial kesehariannya.
Semoga Allah ta’ala senantiasa membimbing langkah kita. Amin ya rabbal ‘alamin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيم، ونفعنابه وإياكم بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، فَتَقبل اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تلاوتهُ إنَّهُ الجَوادُ الكريم البر الرؤوفُ الرَّحِيمُ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيمِ.
Khutbah II
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ الحَمْدُ لله عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ! اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمْ، إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْن، اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلاً طَيِّبًا وَ تَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ اجْعَلْ حَجَّنَا حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبُوْلاً وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. آمِيْنَ يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ