OpiniSantai

Tingkat Kedalaman Memahami Wahyu

Oleh : Dian Rahmat Nugraha, M.Ag (LTNNU Tasikmalaya )

Tingkat Kedalaman Memahami Wahyu

 

Dian Rahmat Nugraha, M.Ag

Email: Kangdianrahmat@gmail.com

Wahyu suci Al- Qur’an memang di turunkan kepada Nabi Saw, namu kehadiannya dapat dirasakan didalam  hati setiap orang. Banyak orang yang secara teori memahami seluk beluk wahyu, bahkan mereka mendapatkan gelar dalam bidang studi Al Qur’an, namun bukan jaminan yang bersangkutan merasakan kehadiran wahyu dalam hati nya

Kedalaman wahyu tidak sama bagi setiap orang. Ada yang baru sampai dalam tingkat memahami secara umum (KnowIng) ada yang memahami secara mendalam ( Understanding ), ada yang memahami sekaligus meghayati dan merealisasikannya . Inilah arti dari makna Iqra’ di perintahkan berulang ulang oleh Jibril, yakni jangan henti ditaraf Iqra’ pertama , Iqra’ kedua tatapi harus sampai ketaraf realizing .

Rasa wahyu diisyaratkan dalam ayat  “ Sesungguhnya orang orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat ayatnya bertambahlah iman mereka ( Karenanya ) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal [1]

Bandingkan dengan ayat lain , yakni dalam surat AL Hajj ayat 35, Yang dimaksud dengan “ bergetarlah hati mereka “ ( Wajilat Quluubuhum ) ialah diidentifikasikan paling mendalam di dalam hati akan keberadaan wahyu suci didalam batin . Jika feeling itu sudah hadir maka seseorang bukan lagi emmiliki kemampuan memahami dan menafsirkan ayat ayat AL-qur’an tapi ayat al qur’an sudah menafsirkan diri yang bersangkutan. Dengan demikian AL qur’an dan manusia saling ,enafsirkan satu sama lain . Tidak heran jika da orang sama sekali tidak memehami bahasa arab , apalagi memenuhi 13 syarat formal seorang mufassir , tetepi sudah mampu mufahhim AL Qur’an. Bedanya , Mufassir memiliki otoritas daan legitimasi khusus sehingga bisa jadi hujjah bagi orang lain dan mufahhim sebaliknya dibatasi hanya menjadi konsumsi diri sendiri atau murid-muridnya .

Salah satu kesulitan memahami makna hakikat wahyu adalah lantaran sebelum ditemukannya padanan yang paling tepat didalam bahasa Indonesia. Karena itu kata wahyu terpaksa di jadikan bahasa Indonesia dengan makna sesuatu yang diturunkan dari Alloh Swt. Kepada Nabi-Nya melalui malakikat Jibril . Dengan demikian, makna wayu menjadi identiK dengan AL Kitab atau Al Qur’an . , Padahal, ketiga istilah ini disamping mempunyai persamaan juga ada perbedaan. Semua ayat ayat dalam Al Qur’an atau al Kitab adalah wahyu, namun tidak semua wahyu adalah Al Qur’an atau AL Kitab , Al Qur’an mengisyaratkan ada wahyu yang tidak ditujukan kepada nabi atau kepada manusia, melainkan kepada non nabi dan jenis hewan

Sekarang bagaimana metode untuk sampai ke tingkat iqra’ ketiga, sebuah tingkatan yang mampu menyuguhkan suasana bathin ‘ merasakan kehadiran wahyu‘ di dalam bathin. Merasakan kehadiran wahyu berbeda dengan merasakan kehadiran ilham atau insfirasi cerdas

Kita bisa terbantu menangkap makna holistic wahyu kalau kita cari padanan dalam bahasa Inggris, secara literal sering diartikan dengan to reveal, to show , expose ( menunjukan ) dll . Dengan demikian wahyu dapat dibayangkan sebagai sesuatu yang tadinya tersembunyi menjadi nyata , yang misteri menjadi diketahui dan dipahami, sesuatu yang tadinya gaib menjadi Syahadah

Jika demikian pengertian wahyu, maka apa bedanya dengan ilham dan ta’lim ? Bukankah keduannya juga sama, berasal dari Tuhan untuk memberikan penjelasan terhadap sesuatu atau berbagai hal kepada manusia. Bukankah keduanya melalui tanzil dan proses al-inzal ? Lantas apa perbedaannya secara substansi antara wahyu, Ilham , dan ta’lim ?

Wahyu sering dijelaskan secara sederhana sebagai petunjuk ALLOH swt. ditujukan kepada Nabi-Nya melalui malaikat Jibril dengan maksud untuk dijadikan petunjuk bagi umat manusia di dalam menjalankan tugasnya sebagai hamba dan sebagai khalifah . Wahyu adalah model petunjuk Tuhan paling tinggi yang kualifikasi kebenarannya sering disebut dengan haqq al yaqin, atau kebenaranya 100 persen. Ilham adalah petunjuk Tuhan yang diperuntukan kepada waali atau kekasih-Nya. Kualifikasi Kebenaranya biasa di sebut ain al-yakin atau kebenaranya dibawah 100 persen tapi diatas 90 persen. Sedangkan petunjuk lainnya lebih umum biasa disebut dengan ta’lim, yakni informasi cerdas yang diperoleh melalui usaha seperti belajar. Kualifikasi Kebenaranya hanya sampai kepada ilmal –yaqin yang kebenaranya sekitar 75 persen. Yang pertama dan yang kedua lebih merupakan petunjuk personal, tidak mutlak harus disampaikan kepada umat lainnya

 

 

[1] QS Al anfal ayat 2

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button