Santai

kita adalah pelopor perubahan

Oleh : Dian Rahmat N, M.Ag

Makna Perubahan

PENDAHULUAN

Drs. Achmad Sobirin, MBA., Ph.D. Nothing changes except the change itself Everything changes except change All things are flowing Change or die ika diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia, ungkapanungkapan di atas akan berbunyi…… “di dunia ini tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri”, “semuanya berubah hanya satu yang tidak berubah yaitu perubahan”, “tidak ada satupun yang tetap diam, semuanya selalu bergerak mengalir” dan “berubah atau mati”. Itulah ungkapan-ungkapan populer tentang perubahan.

Ungkapan-ungkapan tersebut di antaranya datang dari seorang filosof Yunani bernama Heraclitus (544 – 483 SM) yang hidup sekitar 500 tahun sebelum masehi. Ucapanucapannya menyebabkan Heraclitus dikenal sebagai filosof perubahan (Müller-Merbach, 2006). Ungkapan Heraclitus tersebut menunjukkan bahwa perubahan merupakan fenomena hidup dan kehidupan manusia yang tidak bisa dihindari. Siapapun akan terlibat dalam perubahan, suka atau tidak; dikehendaki atau tidak.

Sementara itu filosof Cina, Zhuangzi, mengatakan bahwa kita ini hidup di dalam dunia sedang mengalami perubahan dan akan terus berubah tanpa pernah diketahui oleh siapapun kapan perubahan itu dimulai dan kapan akan berhenti (Wang, 2000). Perubahan akan terus terjadi di mana-mana sejak dulu sampai sekarang. Bahkan dewasa ini perubahan terjadi dengan akselerasi yang semakin tinggi, baik secara mikro maupun makro; baik pada skala lokal maupun regional; baik pada tataran nasional maupun global.

sehingga apa sih yang dimaksud perubahan itu yang mana terjadi pada setiap individuy kita secara personal

PEMBAHASAN

Manajemen Perubahan

Demikian juga perubahan bukan hanya melibatkan individu tetapi juga kelompok dan organisasi; bukan hanya pada dunia bisnis tetapi juga birokrasi pemerintahan. Di samping itu, perubahan bukan hanya terjadi pada lingkungan internal tetapi juga eksternal. Pada lingkungan eksternal, perubahan bukan hanya terjadi pada sektor ekonomi tetapi juga politik, sosial, budaya dan teknologi.

Bisa dikatakan manusia hidup dalam lingkungan yang sedang berubah, serba berubah dan akan terus berubah. Yang lebih menarik lagi, pola perubahannyapun, tidak luput, mengalami perubahan. Tidak seperti pada masa lalu yang pola perubahannya seolah-olah mengikuti irama langgam atau simfoni atau aliran sungai yang tenang, mudah diprediksi, pelan tapi pasti; sekarang layaknya air bah, musik jazz dan rock & roll, perubahan sering kali terjadi secara mendadak tidak ditandai oleh sinyalsinyal yang jelas, begitu dinamis, bergejolak, radikal dan tidak menentu.

Lingkungan tiba-tiba berubah tidak menentu bahkan menjadi semakin ruwet (messy) mengarah pada kondisi keos (chaotic). Siapa menyangka misalnya harga minyak dunia tiba-tiba meroket mendekati $US 150 per barel hanya dalam hitungan bulan dan kemudian turun lagi dalam hitungan bulan juga. Siapa menyangka Cina yang semula begitu gigih menjaga sistem ekonomi sosialisme sekarang menjadi kekuatan ekonomi baru yang berkiblat pada kapitalisme. IBM hampir saja kolaps (ambruk) gara-gara perubahan teknologi dari mainframe ke personal komputer.

Dengan hiruk-pikuk perubahan seperti digambarkan di atas, pertanyaannya sudah bukan lagi perlu atau tidak, siap atau tidak kita mengikuti perubahan. Pertanyaannya menjadi apakah kita akan berpartisipasi dalam arus perubahan dan bahkan secara aktif menginisiasi proses perubahan, atau apakah kita sakedar menjadi target perubahan itu sendiri. Jawabannya jelas, kita pasti akan terlibat dalam perubahan dan kalau tidak beruntung kita akan terseret dan terombang-ambing pada arus perubahan. Artinya kita harus berhati-hati dalam pusaran perubahan tersebut karena perubahan tidak berujung dan tidak berpangkal, dan seperti putaran gasing begitu cepat sehingga perubahan sering kali menguras energi dan perhatian dan tentu saja sangat melelahkan.

Dalam kondisi seperti ini yang bisa kita lakukan adalah mengatur rythme perubahan (Huy & Mintzberg, 2003) – kapan secara intensif ikut dalam perubahan dan kapan harus sedikit mengendurkannya. Tujuannya agar di satu sisi kita tetap terlibat dalam dinamika perubahan tetapi di sisi lain tidak larut dan lantas menjadi korban perubahan. Nasihat orang bijak “ngeli ning ora keli – ikut dalam arus l perubahan tapi tidak larut dalam perubahan” tampaknya patut dipertimbangkan.

Nasihat tersebut mengajak kita agar tetap sadar siapa diri kita dan tidak kehilangan jati diri. Pasalnya perubahan yang berkepanjangan dan menembus kemana-mana (pervasive) sering kali justru menimbulkan anarkhi (Huy & Mintzberg, 2003) – sebuah situasi yang tidak dikehendaki siapapun tetapi itulah perubahan. Dalam banyak kasus seperti yang pernah terjadi di Indonesia dan Thailand misalnya, anarkhi mengiringi perubahan (baca: reformasi) yang tujuan sesungguhnya demi kemajuan. Ungkapan terakhir – change or die sesungguhnya mengajak kita turut dalam perubahan agar tetap bertahan hidup (survive) seperti pesan iklan PT Gudang Garam beberapa waktu lalu “perubahan itu perlu”. Pada intinya perubahan dimaksudkan agar kita bukan sekadar survive tetapi bisa menjalani hidup lebih baik dan mengalami progres meski hal itu kadang tidak mudah dilakukan karena hasil perubahan sering kali juga tidak menentu. Bisa jadi hasilnya lebih baik atau sebaliknya. Itulah sebabnya mereka yang terbiasa hidup dalam sangkar besi (iron cage) terisolasi dan mengisolasi diri dari dunia luar, atau mereka yang terbiasa hidup dalam kenyamanan dan kemapanan (comfort zone) memandang perubahan sebagai musuh yang menakutkan.

Bagi mereka perubahan adalah malapetaka karena akan menghilangkan hak privilege yang selama ini mereka nikmati. Oleh karena itu sangat tidak mengherankan jika orang-orang ini selalu berdiri paling depan bukan untuk mengawal perubahan tetapi menolaknya. Uraian di atas secara tidak langsung menegaskan bahwa perubahan adalah sebuah keniscayaan yang harus diterima dan dijalani. Menghindari perubahan sama artinya dengan menyuruh kita menjadi dinosaurus – besar, kuat tetapi tidak berdaya ketika alam berubah. Di Yogya misalnya orang bilang kita belum ke Malioboro jika belum ke toko Samijaya. Itu dulu tahun 1970an ketika toko Samijaya masih jaya, terbesar dan atraktif. Sekarang kondisinya berbeda. Ketika yang lain-lain berubah dan Samijaya masih ajeg tidak berubah, jangankan orang mau mampir, melirikpun barangkali tidak. Akibatnya Samijaya seperti ditelan perubahan semakin kecil dan terus semakin kecil, dan mungkin suatu saat seperti dinosaurus. Lepas dari tuntutan dan keharusan untuk berubah karena lingkungan berubah, tetap saja kita harus mencermati arah perubahan sebab seperti disebutkan di muka perubahan itu sendiri hasilnya kadang tidak menentu.

Artinya pemahaman dan pengetahuan tentang perubahan menjadi penting agar kita tidak terjebak dalam perubahan. Lebih penting lagi adalah arah dan Manajemen Perubahan l hasil perubahan harus dikawal dan dikontrol agar tidak melenceng dari tujuan awal perubahan yaitu kemajuan dan progres. Yang lalu  yang berisi konsep dasar perubahan dan perubahan organisasi bermaksud mengantarkan mahasiswa untuk memahami konsep-konsep dasar perubahan secara umum sebagai dasar agar mahasiswa bisa memahami konsep perubahan pada konteks yang lebih luas, khususnya

PENGERTIAN PERUBAHAN

Perubahan berasal dari kata dasar “ubah” yang berarti (1) menjadi lain (berbeda) dari semula; (2) bertukar (beralih, berganti) menjadi sesuatu yang lain (3) berganti. Setelah mendapat imbuhan “pe” dan “an”, kata ubah menjadi perubahan yang berarti hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran[1]. Sementara itu pengertian perubahan yang cukup beragam diberikan oleh Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary, menurut kamus ini perubahan berarti:

  1. to make different in some particular – membuat perbedaan dalam beberapa bagian.
  2. to make radically different – membuat perbedaan secara radikal.
  3. to give a different position, course, or direction to – memberikan posisi, jalan atau arah berbeda. 4. to replace with another – menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
  4. to make a shift from one to another – menggeser dari satu kondisi ke kondisi lain.
  5. to exchange for an equivalent sum or comparable item – bertukar untuk jumlah yang sepadan atau sesuatu yang bisa diperbandingkan.
  6. to undergo transformation, transition or substitution – menjalani transformasi, transisi atau pergantian. Perubahan juga sering diartikan sebagai “alternation, modification or addition” (McLean 2004/2005).

Manajemen Perubahan terjadi jika keadaan sekarang sama dengan keadaan pada masa lalu atau sama dengan keadaan yang akan datang. Perubahan dan Perbedaan Implisit dari definisi di atas adalah perubahan selalu diikuti oleh perbedaan, tidak peduli apakah kondisi setelah berubah lebih baik dari kondisi semula, atau sebaliknya. Pada Gambar 1.1a kondisi A berubah menjadi kondisi B. Walaupun bentuknya masih sama, kondisi A tidak bisa dikatakan sama dengan kondisi B karena A sudah berubah menjadi B. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan sebut saja PT. ABC yang semula milik A kemudian diambil alih B, boleh jadi besaran PT. ABC masih tetap sama tetapi karena pemiliknya berbeda maka PT. ABC baru tidak sama dengan PT. ABC lama karena berubah kepemilikan sehingga nuansa pada PT. ABC ikut berubah. Artinya, PT. ABC yang baru setelah berganti pemilik tidak sama dengan PT. ABC lama. Dari sini bisa dikatakan ada perbedaan antara PT. ABC yang baru dengan PT. ABC yang lama. Ketika Bank Niaga diambil alih oleh perusahaan Malaysia, kegiatan Bank Niaga tetap tidak berubah masih bergerak di bidang perbankan.

Besaran Bank Niaga boleh jadi juga masih sama. Namun sekarang, seperti yang kita lihat, logo perusahaan berubah menjadi CIMB Niaga yang menandakan terjadi perubahan identitas di dalam tubuh perusahaan tersebut. Atau dengan kata lain Bank Niaga yang lama tidak sama dengan CIMB Niaga yang baru meski kegiatan bisnis Bank Niaga tidak berubah. kondisi A kondisi B kondisi A kondisi A kondisi A kondisi A kondisi A

katakanlah PT. ABC masih tetap dimiliki oleh pemilik yang sama (tidak ada pergantian pemilik) tetapi kondisi A yang baru berbeda dengan kondisi A lama karena ada perubahan bentuk, misalnya PT. ABC yang semula perusahaan tunggal sekarang menjadi perusahaan holding. Atau, PT. ABC yang semula bergerak di bidang industri manufaktur sekarang beralih ke industri jasa. IBM boleh jadi merupakan contoh yang tepat untuk menggambarkan kondisi ini. IBM memodifikasi definisi bisnis yang digelutinya dari semula menerjemahkan IBM sebagai perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk-produk komputer (mainframe) sekarang di bawah kepemimpinan Lou Gerstner, Jr. IBM menjadi perusahaan jasa yang bergerak di bidang jasa informasi[2]

Dalam hal ini Lou Gerstner berpandangan bahwa IBM bukan sekedar perusahaan menghasilkan perangkat keras komputer tetapi lebih dari itu IBM adalah perusahaan yang memanfaatkan teknologi komputer sebagai alat informasi. Oleh karenanya Lou Gerstener secara tegas menyatakan bahwa IBM adalah perusahaan jasa informasi. Sementara itu dalam kasus Samsumg[3], bisnis dan definisi bisnis Samsung masih tetap sama tetapi dengan masuknya Jong-Yong Yun sebagai CEO, cara kerja Samsung berubah. Jong-Yong Yun memodifikasi operasionalisasi kerja Samsung dengan berlandaskan pada konsep-konsep yang berkembang pada bidang teknologi industri – sebuah pola kerja yang tidak dilakukan oleh CEO sebelumnya. Akibatnya pola kerja Samsung berubah. Pada Gambar 1.1c, kondisi A masih sama dengan kondisi sebelumnya, katakanlah pemilik tidak berubah, dan bisnis yang digelutinya juga tidak berubah. Namun karena PT. ABC seperti pada contoh sebelumnya, memperbesar skala bisnisnya misalnya dari semula hanya memproduksi 1 juta unit sekarang memproduksi 5 juta unit sehingga jumlah karyawannya bertambah dan cakupan pemasarannya juga semakin meluas ke wilayah regional ASEAN dari semula hanya wilayah Indonesia, tidak berlebihan jika dikatakan PT. ABC mengalami penambahan dan hal itu berarti ada perubahan.

Atau dengan kata lain tetap saja kondisi A berubah menjadi kondisi A yang baru. Situasi pada Gambar 1.1c sangat mungkin terjadi sebaliknya yakni terjadi perubahan tetapi bukan karena penambahan melainkan karena pengurangan. Ambillah contoh PT. Garuda Indonesia Airways (GIA). Semula GIA memiliki dan menjalankan beberapa bisnis misalnya penerbangan, maintenance facilities, catering, travel bureau, dan perhotelan, namun karena lingkungan internal .,  Manajemen Perubahan  dan eksternal tidak mendukung, GIA terpaksa harus memperkecil skala usahanya dengan melepas beberapa usaha bukan inti dan hanya mempertahankan dua bisnis inti: penerbangan dan maintenance facilities. Contoh ini memberi gambaran akan adanya pengurangan kondisi pada GIA yang berarti terjadi perubahan. 2. Perubahan dan Ketidakpastian Ada pepatah yang mengatakan bahwa di dunia ini hanya ada dua yang pasti yaitu kematian dan membayar pajak. Selain kedua hal ini semuanya hampir pasti penuh dengan ketidakpastian termasuk di dalamnya yang berkaitan dengan perubahan. Artinya, selain identik dengan perbedaan, perubahan selalu dikaitkan dengan ketidakpastian (uncertainty). Boleh jadi yang tidak pasti adalah penyebabnya – karena lingkungan selalu berubah sehingga menuntut kita untuk berubah, atau hasilnya tidak pasti – bisa jadi hasil perubahannya lebih baik atau lebih buruk. Masih ada kemungkinan lain yakni: proses dan isi perubahannya juga tidak pasti. Semua itu – penyebab (context), proses, isi (content) dan hasil yang tidak pasti (result) menyebabkan para aktor – mereka yang terlibat dalam perubahan sering kali merasa takut. Mereka takut bukan pada perubahannya tetapi takut pada ketidakpastian dan ketidaktahuan terhadap masa akan datang akibat perubahan.

Oleh karena itu menjadi wajar jika banyak orang enggan melakukan perubahan, atau dengan kata lain, resistensi terhadap perubahan merupakan sifat alami manusia. Artinya, meski perubahan itu bersifat logis – bisa diterima oleh akal sehat, pada kenyataannya perubahan lebih bersifat emosional. Itulah sebabnya selain diartikan sebagai “alternation, modification or addition”, perubahan juga sering dimaknai sebagai sesuatu yang menakutkan (scary), membuat sakit kepala (painful), membebaskan (liberating), membuat arah tidak menentu (disorienting), menyegarkan (exhilarating), memberdayakan (empowering), membuat frustrasi (frustating), memenuhi kebutuhan (fulfilling), memusingkan (confusing), dan menantang (challenging).

 Respon terhadap Perubahan

Masyarakat yang terlibat dan dilibatkan dalam perubahan merespon perubahan dengan sikap beragam. Sikap ini muncul karena adanya ketidakpastian dalam perubahan. Secara umum respon masyarakat terhadap perubahan bisa dibagi menjadi dua – setuju dan tidak setuju. Mereka yang  merasa optimis terhadap perubahan cenderung mendukung perubahan. Mereka yang setuju, ditandai dengan pernyataan exhilarating, empowering, fulfilling dan challenging, tentu akan mengawal perubahan dengan antusias agar cita-cita yang terkandung dalam perubahan bisa tercapai. Sementara itu bagi mereka yang tidak setuju, pesimis akan perubahan, masih merasa tidak pasti dan tidak tahu akan masa depan akibat perubahan menganggap perubahan sebagai: scary, painful, disorienting, frustating, dan confusing. Mereka boleh jadi akan mengalami kejutan budaya (culture shock). Akibatnya mereka mencari strategi atau jalan keluar yang menurutnya bisa membebaskan diri dari persoalan tersebut.

Farouk (2005) mengidentifikasi 5 (lima) jalan keluar (strategi) yang biasa dilakukan masyarakat ketika menghadapi ketidakpastian dan ketidaktahuan perubahan.

  1. Negative strategy. Mereka akan menutup diri, menolak perubahan, dan berusaha membayangkan dan membangun lingkungan hidup sebagaimana yang ada di masa sebelumnya dan membangun ikatanikatan primordial,
  2. Hedonist strategy. Mereka akan terbawa arus perubahan, kehilangan ingatan akan pegangan masa lalu dan bahkan pada akhirnya bersikap apatis terhadap segala yang mapan, meniscayakan serta menikmati segala apa saja yang menimbulkan efek perubahan.
  3. Fatalistic strategy. Mereka akan tetap bertahan hidup dalam perubahan itu, tetapi dengan sikap kognitif, afektif dan motorik yang traumatik yang menatap masa depan tanpa harapan dan berjuang hidup hanya pada batas survival untuk sekedar bertahan hidup di masa kini,
  4. Pragmatist strategy. Mereka akan bertahan hidup dalam perubahan tetapi dengan membuat pegangan-pegangan baru yang bersifat sementara untuk bisa digunakan dalam menyiasati masa lalu, masa kini maupun masa depan, membangun kemapanan relatif yang berguna dalam rentang waktu pendek yang selalu siap untuk dimodifikasi sesuai dengan perubahan keadaan yang berjalan cepat, dan
  5. Reflective strategy. Mereka menerima perubahan dengan sikap kritis dan selektif dengan menggunakan program jangka panjang mereka sebagai tolok ukur.
  6. Perubahan dan Kemajuan/Progres

Pada intinya perubahan, yang pengertiannya telah dijelaskan di muka, tidak bisa dilepaskan dari perbedaan. Dengan demikian kata kunci dari Manajemen Perubahan  perubahan adalah perbedaan.

Setiap perubahan pasti menimbulkan perbedaan, sekecil apapun perbedaan tersebut; tidak peduli apakah perbedaan tersebut menyebabkan kondisi yang baru lebih baik atau lebih buruk dari sebelumnya; apakah perbedaan tersebut berakibat positif atau negatif. Artinya, setiap perubahan hampir pasti menimbulkan ketidakpastian. Dengan demikian tidak berlebihan jika dikatakan ketidakpastian merupakan kata kunci kedua dari perubahan. Hanya saja dampak buruk atau dampak negatif perubahan sangat tidak dikehendaki oleh siapa saja. Sebaliknya, sangat diharapkan perubahan memberikan dampak baik dan positif bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Seperti kata pepatah “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”. Hal senada ditegaskan Stuhler (1994) yang menyatakan bahwa perubahan tidak ada artinya jika tidak diikuti oleh progres atau kemajuan.

Oleh karena itu, untuk menghindari/meminimalisir dampak buruk perubahan di satu sisi dan mencapai tujuan perubahan yang dikehendaki pada sisi yang lain, perubahan perlu dikenali, dipahami, dikelola dan dalam batas-batas tertentu bahkan perlu diciptakan. Semua itu tujuannya hanya satu agar perubahan berdampak pada kemajuan/progres. Meski kemajuan/progres merupakan harapan setiap orang, dalam sejarahnya setiap kelompok masyarakat mengartikan kemajuan secara berbeda sesuai dengan keinginan dan pemahaman masing-masing kelompok (Stuhler, 1994). Stuhler lebih lanjut memberikan gambaran tentang pemahaman makna kemajuan dari generasi berbeda sebagai berikut:

  1. Pada zaman Yunani kuno, kemajuan dikaitkan dengan perkembangan biografi seseorang.
  2. Bagi Umat Kristen, Kitab Injil berisikan ajaran-ajaran tentang kemajuan merupakan jalan menuju surga keabadian (Saint Agustinus).
  3. Pada periode scholastic, manusia menganggap seni dan ilmu pengetahuan sebagai akumulasi kemajuan. d. Abad Pertengahan dan Renaissance menjadi landasan bagi versi modern tentang konsep kemajuan. Dalam hal ini kemajuan dipahami sebagai ide yang berorientasi masa depan. e. Pada masa-masa Descartes, konsep progres dikombinasikan dengan nalar dan empiris. Kemajuan hanya bisa dicapai jika kita bisa belajar dan mengetahui lebih banyak melalui bukti empiris dengan menggunakan akal sehat ketimbang melalui pengetahuan dan kearifan yang datang dari seorang yang memiliki otoritas. Francis Bacon mengaitkan secara langsung kemajuan sosial politik dengan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi. Artinya, ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi menjadi sumber kemajuan di bidang sosial politik. g. Selama abad 18, dimensi politik dan moralitas merupakan bagian integral dari konsep kemajuan. Setelah revolusi Perancis, orang mulai yakin bahwa kemajuan tidak hanya bisa diramal tetapi bisa direncanakan dan dikendalikan.                                                                                                                          h. Menurut Emmanuel Kant, kemajuan secara eksplisit berarti “kemajuan menuju perbaikan – progress towards better”. Kemajuan merupakan sifat alami yang tersembunyi. Artinya kemajuan tidak bisa dimanifestasikan kecuali atas konsensus orang-orang yang terlibat di dalamnya. i. Karl Marx menerjemahkan kemajuan sebagai sebuah masyarakat tanpa kelas ekonomi. j. Menurut teori evolusi Charles Darwin, kemajuan tidak lagi diartikan sebagai bergerak maju menuju sesuatu yang lebih baik melainkan hasil perkembangan yang lebih baik melalui mutasi dan seleksi alam. k. Abad 20 menghasilkan dua sikap terhadap kemajuan: dukungan dan empati terhadap kemajuan khususnya dalam hal perkembangan teknologi dan kedua sebaliknya mengkritisi kemajuan. l. Saat ini, dalam batas-batas tertentu, terjadi sikap progresif melawan kemajuan.                                  KESIMPULAN                                                                                                                                         wajar jika banyak orang enggan melakukan perubahan, atau dengan kata lain, resistensi terhadap perubahan merupakan sifat alami manusia. Artinya, meski perubahan itu bersifat logis – bisa diterima oleh akal sehat, pada kenyataannya perubahan lebih bersifat emosional. Itulah sebabnya selain diartikan sebagai “alternation, modification or addition”, perubahan juga sering dimaknai sebagai sesuatu yang menakutkan (scary), membuat sakit kepala (painful), membebaskan (liberating), membuat arah tidak menentu (disorienting), menyegarkan (exhilarating), memberdayakan (empowering), membuat frustrasi (frustating), memenuhi kebutuhan (fulfilling), memusingkan (confusing), dan menantang (challenging

 

 

[1] [1](lihat kamus besar Bahasa Indonesia

[2] (lihat: Louis V. Gerstener, Jr. dalam bukunya Who says elephants can’t dance?, 2002)

[3] lihat Eric Minton, 1999

LTN NU Kab. Tasikmalaya

Maju bersama ummat, umat kuat negara hebat

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button